Sunday, October 14, 2007

suatu malam setelah ngobrol..

Mencoba mengerti.. satu dari sekian banyak arti dari apa-apa yang dialami.
Begitu banyak yang berlalu, kulalui karena ku melihat mu. Dan sekali lagi kau menjadi inspirasiku.
Dunia ini paralel.tidak berjalan bolak-balik. Apa yang sudah berlalu takkan kembali. Konsep ini akhirnya kumngerti, sekuat apapun keinginanku untuk menarik kembali kita kemasa dimana rasa mendominasi semuanya, ke masa dimana aku dan dia adalah hal yang indah, masa itu takkan kembali.
Tapi, hey. Bukan hanya masa itu yang tak kembali. Pertemuan pertama dengan seorang yang sekarang menduduki posisi one of my dearest friends juga sesuatu yang takkan kembali. Oh, betapa indahnya moment itu. Ketika matahari terik kampus gajah menyengat kami dan kata-kata pertama yang terucap tak menggambarkan apa yang akan terjadi dalam periode tahunan sesudahnya.
Dunia ini adil, teman. Adil dengan segala sisinya. Adil dengan segala tumpang tindihnya. Aku, dengan kisah kasihku. Kamu, dengan ceritamu yang baru bermula atau baru berakhir.
Betapa sempit pikiran orang-orang yang berpikiran bahwa dunia berhenti berputar karena seorang yang bahkan belum menjadi muhrimnya, meninggalkannya. Oh, betapa naifnya aku. Betapa sempit pikiranku. Betapa kecilnya aku. Dunia ini masih terhampar luas samapi ke kutub sana. Masih ada kaum kelaparan di bosnia yang menunggu sisa makan malamku. Masih ada para pejihad yang membutuhkan bantuan doa saudara seimannya. Masih ada ketidak adilan yang setidaknya harus ku perangi dengan selemah-lemahnya iman.
Malam ini, terbuka lagi satu pintu kecil di sela-sela batin yang selama ini beku. Batin yang selama ini merisaukan hal yang absurd. Batin yang kini malu atas apa yang dipendamnya sekian lama. Batin ini resah. Menyadari betapa besarnya waktu, tenaga dan pikiran yang tercurah untuk hal yang tidak nyata. Oh... Maafkan aku, hati..